Cerpen: Cat
Diikutkan Dalam lomba cerpen 'the Dead Returns'
Cat
Aku Alfa, kucing rumahan yang sudah nyaman tinggal di rumah. Aku diasuh oleh seorang manusia bernama Denis. Dia anak kuliahan yang malesnya lebih dari seekor kucing.
Hoaamss, pagi yang indah. Perutku lapar dan aku yakin Denis masih tidur. Aku harus membangunkannya, ya... itu kegiatan rutinku di pagi hari. Dia harus segera dibangunkan untuk memberiku whiskas yang dihadiahkan pacarnya untukku. Aku akan memukulkan dua kaki depanku ke wajahnya supaya dia bangun.
Tu...tunggu, kaki depanku? Buluku? Tubuhku? Kenapa aku kehilangan itu? Ada kaca di depanku, aku melihat bayangan bukan kucing di sana. Huwwaaa!? Ini kan tubuhnya Denis. Kenapa badan kucingku berubah jadi Denis.
"Alfa?" Ada yang memanggilku, itu... aku? Kenapa aku bisa melihat tubuhku sendiri?
"Huwaaa!! Kenapa kau tubuhku ada di kamu Alfa?" Kata Denis dengan wujud tubuhku.
Tunggu, aku harus ingat apa yang terjadi semalam. Hmm... oh iya, saat Denis keluar dari toilet, dia terpeleset dan kepalanya membenturku. Jangan-jangan tubuh kami tertukar?
"Ini karena kepalamu membenturku semalam kan?" Kataku
"Huwaa!! Kau bisa bicara" kata Denis kaget. Ekspresinya sama seperti saat ada yang membangunkanku waktu aku tidur di kotak pasirku
"Oke, itu gak penting, coba sekarang kita benturkan kepala kita lagi. Angkat aku dan benturkan kepalamu padaku" lanjut Denis
Aku mengangkat Denis, aneh, biasanya Denis yang mengangkatku. Aku membenturkan kepalaku ke kepalanya. Dukkk. Aku memejamkan mata, apa semua sudah kembali? Aku membuka mata, aku masih melihat tubuhku yang berisi jiwanya Denis. Gagal.
Aku mengangkat Denis, aneh, biasanya Denis yang mengangkatku. Aku membenturkan kepalaku ke kepalanya. Dukkk. Aku memejamkan mata, apa semua sudah kembali? Aku membuka mata, aku masih melihat tubuhku yang berisi jiwanya Denis. Gagal.
"Gawat, kita harus cari jalan lain" kata Denis panik
"Tunggu, sebelum itu bisakah aku makan dulu? Aku lapar" kataku
"Kau tau di mana makananmu kan? Sekarang kau yang bisa mengambilnya" jawab Denis yang masih panik
"Tunggu, tubuhku sekarang kan manusia, apa tidak bisa aku makan-makanan manusia?" Kataku, ya... aku juga penasaran bagaimana rasanya makanan manusia
"Terserah" Denis benar-benar panik sepertinya
Aku berlalu ke dapur. Membuka kotak besar, setidaknya waktu aku masih di tubuh kucing, sekarang kotak itu lebih kecil dari aku. Kotak itu akan mengeluarkan udara dingin kalau dibuka dan aku biasa melihat Denis mengambil makanan dari situ. Aku membukanya, hmm... ini dingin yang enak. Ada bau yang enak juga.... Ini... ini... IKAN!!! Aku memakannya dengan lahap. Luar biasa, lebih enak dari makanan kucingku, ini lebih enak dari sisa-sisa makanan Denis selama ini. Ini surga.
Aku berlalu ke dapur. Membuka kotak besar, setidaknya waktu aku masih di tubuh kucing, sekarang kotak itu lebih kecil dari aku. Kotak itu akan mengeluarkan udara dingin kalau dibuka dan aku biasa melihat Denis mengambil makanan dari situ. Aku membukanya, hmm... ini dingin yang enak. Ada bau yang enak juga.... Ini... ini... IKAN!!! Aku memakannya dengan lahap. Luar biasa, lebih enak dari makanan kucingku, ini lebih enak dari sisa-sisa makanan Denis selama ini. Ini surga.
Ada susu, tapi masih dalam botol, kalian tau kan? Tidak ada kucing yang meminum dari botol? Sekalipun itu kucing yang bertubuh manusia. Aku cuma bisa menjilat-jilatnya setelah membuka tutupnya. Sayang, lebih banyak yang tumpah daripada yang kuminum.
Aku berlalu ke kamar Denis, ada bungkusan makanan ringan. Hmm... aku penasaran bagaimana rasanya. Kesulitan lain sebagai kucing bertubuh manusia adalah... aku tidak bisa membuka bungkus makanan ringan. Cakar? Sayang, Denis memotong semua cakar di tangan dan kakinya. Aku hanya bisa memukul-mukulnya dan daarr akhirnya bungkus itu terbuka dan menghamburkan semua isinya ke kasur Denis. Gawat, kalau dia tau ini, pasti dia akan marah besar. Aku harus cepat keluar dari sini.
Aku berlalu ke kamar Denis, ada bungkusan makanan ringan. Hmm... aku penasaran bagaimana rasanya. Kesulitan lain sebagai kucing bertubuh manusia adalah... aku tidak bisa membuka bungkus makanan ringan. Cakar? Sayang, Denis memotong semua cakar di tangan dan kakinya. Aku hanya bisa memukul-mukulnya dan daarr akhirnya bungkus itu terbuka dan menghamburkan semua isinya ke kasur Denis. Gawat, kalau dia tau ini, pasti dia akan marah besar. Aku harus cepat keluar dari sini.
"Alfaa" panggil suara yang sudah tidak asing lagi, Denis
"Kenapa jadi berantakan gini? Kenapa susunya tumpah di lantai? Kenapa kamu habisin stok ikan aku?" Denis mengomel padaku
Sebelum sempat aku jawab, Denis membentakku dengan wujud kucingnya, "KELUAR KAMU!!"
Aku berlari ke luar. Denis masih menatapku dengan wajah sangarnya, wajahku saat ada kucing lain ngajak ribut.
Sebelum sempat aku jawab, Denis membentakku dengan wujud kucingnya, "KELUAR KAMU!!"
Aku berlari ke luar. Denis masih menatapku dengan wajah sangarnya, wajahku saat ada kucing lain ngajak ribut.
"Bisa ditunda dulu gak marahnya? Aku mau pup bentar" kataku
"Di toilet, jangan di kotak pasir kamu!" Lagi-lagi aku berasa dibentak diri sendiri
Saat hendak membuang air besar, aku kaget dan sontak teriak, "HUWAAA!"
"Kenapa Alfa?" Teriak Denis dari luar
"Ekorku... ekorku pindah ke depan" kataku
"Itu bukan ekor, itu.... Ah sudahlah, jangan banyak ngomong lagi"
Setelah sudah lega dengan semua kotoran, aku keluar kamar mandi. Namun, tidak sengaja aku terpeleset. Duukk
Aww, sakit. Aku membuka mata, dan ahaa... Aku kembali ke wujud asalku. Kucing. Ah, senang sekali jadi seperti ini lagi. Aku berlalu tanpa peduli dengan Denis.
"ALFAAA!" Teriak Denis dari belakang
"Kenapa poop kamu enggak kamu siram!!!" Denis membentakku
"Kenapa poop kamu enggak kamu siram!!!" Denis membentakku
Yaah... aku seekor kucing, kami tidak pernah menyiram poop.
Komentar
Posting Komentar