Finish Line, dari kicauan Wira Nagara

Selamat... apapun keadaan langit di tempatmu membaca saat ini, untukmu yang tetap kembali padanya walau hatimu telah dilukai bertubi-tubi. Selamat... berapa pun angka yang ditunjukkan jammu saat ini, Kau tahu dari awal dia tidak tertarik padamu namun kau tetap setia menunggu. Entah sayang atau dungu, begitu juga yang aku lakukan padamu.

Selamat... apapun keadaan hatimu saat ini, apa kabarmu jauh di sana? Untuk yang sedang ingin menyerah, tapi tetap tak ingin pergi. Ubah nyata semua mimpi. Cinta bukan sekadar tukar kuota, ajaklah ke luar untuk saling mengutarakan. Jangan terus bersembunyi di balik pesan.

Selamat... apapun yang sedang kau rayakan saat ini. Beberapa hati sering berharap tinggi atas pesan yang terkirim saat sahur. Alih-alih ingin membangunkan, malah hangus tanpa kejelasan. Kau akhirnya sadar kalau percuma saja punya rasa untuk dia yang selalu, untukmu, tak punya rasa.

Berbukalah dengan kebahagiaan. Karena semua rasa; manis, asam, asin, pahit, sudah mati dalam sepi. Agar hatimu tak gampang kecewa.

Tak ada ucapan selamat berbuka, karena aku tau pesan di ponselmu telah kenyang dengan semua itu. Tak ada ucapan selamat berpuasa karena aku tau, denganmu, aku telah puas dengan segala asa.

Tak ada ucapan selamat bersahur, karena aku tau pesanku akan terkubur oleh dia yang lebih dulu kau tegur.

Biarkan aku mati dalam sepi, karena hatiku memang biasa tak ada yang mengisi.

Ini adalah garis akhirku untuk terus berharap takdirku adalah kamu. Kita adalah dua garis lurus sejajar yang tidak akan pernah bertemu dalam satu persimpangan.

Dan aku harusnya ingat kalau aku sudah pernah merasakan perasaan seperti ini selama hidupku. I can do this all day.

My friend is right, shes always told me the truth. Setia membunuhmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama