Catatan Terakhir

Untuk memulainya aku ucapkan selamat tinggal. Untuk semua yang pernah aku tulis, untuk semua yang aku buat dalam bait.

Aku akan berhenti menulis soal cinta, karena bagiku hal itu menjadi membosankan. Selamat membaca catatan terakhirku, selamat meninggalkan jatuh hatimu.

Aku pikir akan lebih mudah mengikhlaskan saat aku tulis semua dan aku keluarkan, ternyata tidak. Aku malah makin jatuh padamu dan akhirnya jadi tidak sadar untuk tidak perlu ada status.

Untuk yang pernah membaca, terimakasih pujian dan hinaan halusnya. Aku suka keduanya. Aku pikir kita semua pantas dinilai siapa saja. Terimakasih sudah merasakan apa yang aku tuliskan, terimakasih sudah menjadi yang setia dari sedikit pembaca lainnya.

Untuk seluruh teman yang sudah bersedia aku tulis kisah cintanya dan yang bersedia berbagi keluh kesahnya. Aku tak akan sebaper ini tanpa cerita menarik dari kalian.

Untukmu masa lalu, yang selalu aku ingat dan jadikan aku memiliki semangat. Aku pikir setelah menjadi mantan teman satu kelas kita akan berpisah, tapi tidak. Kalian tetap saja muncul di ketidaksengajaan langkah kakiku.
Bahkan saat aku membuka pintu, kamu sering sekali bertatap mata denganku.

Untuk terakhir kalinya, aku berusaha mendeskripsikan kalian bertiga. Untuk terakhir kalinya.

Yang pertama, yang menolakku tanpa berkata. Kamu yang sekarang jadi tetangga di kamar kostku. Sesempit itu duniaku, sesial itu langkahmu. Aku ingat sekali saat itu aku menyatakan perasaanku dan kamu bilang, "Tunggu ya...." Dan besoknya kau lebih memilih temanku untuk jadi pacarmu. Sakit, sangat. Namun, waktu akhirnya mengubah itu jadi ikhlas. Saat kalian putus pun, aku tak berniat lagi jatuh hati padamu.

Yang kedua, yang tanpa aku tau kau satu kampus denganku, padahal kata temanmu kau akhirnya hijrah ke lain daerah. Tentang dirimu yang mau memberi kesempatan padaku, satu-satunya wanita yang mau melakukan itu. Walau akhirnya waktu membuatmu terpaksa menjauh. Aku tak bisa memiliki status sejenak saja denganmu. Padahal aku tau kita pernah sama dalam satu rasa. Dan kini, Kita akhirnya sama-sama menyibukkan diri, berusaha keluar dari masa lalu, sampai lupa kalau kita pernah satu perasaan dahulu.

Yang ketiga, aku masih ragu untuk menulis ini. Tapi, tak ada waktu lagi. Aku menyukaimu kau tunjukkan aku hubungan lain yang lebih menarik. Aku masih saja cemburu dengan sikap baikmu ke setiap orang. Padahal saat ini aku harusnya tau, kita sudah lebih dari sekadar teman. Kita... teman dekat. Itu saja, aku mengabaikan rasaku, jika itu bisa membuat kita tetap dekat.

Terimakasih sampai kini. Aku akan berhenti menulis perasaanku. Semoga kalian lebih menyukai catatanku yang baru. Dari niat yang paling dalam, aku berusaha mengekang perasaanku dalam diam.

Terakhir, terimakasih. Semoga kalian tetap jadi penyemangatku dalam galian lain di tema yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama