Aku Ketemu Orang Lain

Adalah sebuah judul yang terdapat dalam salah satu bab di buku Koala Kumal, (oh iya, aku juga sedang melakukan Give Away buku Koala Kumal Bertanda tangan). Entah kenapa judul ini terasa sangat pas dengan apa yang ingin aku tulis. Mungkin isi apa yang aku tulis di bawah ini akan berbeda dengan isi dalam bab di Koala Kumal itu sendiri. Bagaimanapun aku bukan Raditya Dika, kisah Cinta kamu berbeda. Seperti perbedaan yang terjadi antara aku dan si dia, perbedaan dalam perasaan kampret yang orang-orang sebut dengan Cinta.

Bagaimana rasanya Cinta? Ya... Seperti lambang cinta itu sendiri; nyaman di satu sisi, tapi menusuk di sisi lain. Aku bukannya tak pernah bahagia dalam cinta, aku juga pernah merasakan nyaman, hanya saja malas membahas kenyamanan itu dalam setiap unggahanku.

Kembali tentang dia, yang setahun ini memenuhi coretan plot tulisanku. Tentang dia yang selalu kutulis "dia" dan tak pernah berganti menjadi "kami". Tentang dia yang membuat move on berdefinisikan berharap bagiku. Hingga aku tersadar kalau aku berharap pada seseorang yang salah. Dan membuatku mengobrak-abrik setiap kata dalam kamus untuk membuat move on memiliki arti yang sebenarnya. Pindah.

Aku...

Berusaha untuk sendiri lagi sebagaimana selama ini. Mencoba melupakan cinta dan teman-teman tak bergunanya.

Ketemu...

Apa yang aku cari tidak pernah kutemukan. Bagaimana bisa lupa kalau suaramu tetap saja bergema dalam gendang telingaku? Bagaimana cara untuk pindah, jika aku selalu jadi bayanganmu? Aku gagal.

Orang lain...

Adalah caraku melupakanmu. Seperti semua saran yang paling bisa dibenarkan. Untuk melupakan orang yang kita cintai, kita harus mencintai yang lain. Saran jadul yang seperti memaksa untuk pindah padahal masih suka. Mau bagaimana lagi?

Aku ketemu orang lain.

Akhirnya. Entah apakah dia benar-benar orang lain yang bisa membuatku lupa atau dia cuma pengulang kesalahanku selama ini. Aku akan coba, meski pada akhirnya cuma mendapat patah hati lain. Setidaknya aku sudah pindah dari kamu yang menghapus harapanku dengan sekali ketik.

Pelarian? Aku tidak merasa ini seperti itu, aku tertarik dengan dia, seperti saat aku tertarik dengan kamu di awal kita bertemu.

Ini adalah caraku, sebuah cara yang tidak pernah aku suka. Ya... jatuh cinta adalah soal menunggu, bukan buru-buru pindah ke yang baru. Tapi, aku rasa ini adalah satu-satunya cara. Daripada aku terus mengharapkanmu yang jelas-jelas terlalu tidak menanggapiku. Aku harus berhenti berharap kaktus yang aku rawat menghasilkan apel yang penuh dengan air.

Malam pun berganti siang, Agustus pun berganti September, 2015 pun berganti 2016, Selasa pun berganti Rabu, lalu apa alasan dia tidak bisa menggantikanmu?

Daun pun akan gugur, buah pun akan membusuk, lalu apa alasanku tak yakin kalau harapku pun pasti akan gagal dipetik?

Lalu apa alasanku untuk meneruskan tulisan tentangmu yang pasti tak akan berakhir bahagia?

Lalu apa alasanku untuk tetap berharap padahal aku tau tak ada secuil pun peduli pada hatimu?

Lalu apa alsanku tak bisa bertemu yang lain?

Pada akhirnya aku harus berharap pada calon sakit hati lain.

Ya... aku ketemu orang lain.

Komentar

  1. untuk apa berbicara tentang hujan
    sedang hujan pun tak ingin terlihat jatuh
    untuk apa berdebat tentang hujan
    sedang hujan pun susah mencari jalan
    untuk apa kau menyalahkan hujan
    sedang hujan pun tak akan pernah mendengar
    maupun bicara
    untuk apa koarmu terjerit benci hujan
    sedang hujan pun tak peduli engkau siapa.
    *akhirnya buka halaman baru setelah setahun sembilan hari menulis di alas yang sama..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama