Dan di sinilah Kita

Saat dewasa cinta adalah hal yang harusnya dianggap serius, harusnya. Tapi aku belum sedewasa itu dan kamu belum semengerti itu. Dulu saat masih berseragam khusus. Kamu sadar apa yang pernah aku rasa, dan aku mengetahui tentang apa yang kamu sadari. Saat aku dengan bodohnya tak menyatakan dan saat kamu dengan kecewanya melupakan.

Sekarang di sinilah kita, sebuah jenjang baru di universitas yang sama. Hanya sedikit sekali jarak, tapi sulit sekali bergerak.

Sekarang beginilah kita, sering berpapasan, tapi jarang lempar senyuman. Cuma seperti dua kendaraan yang bersimpangan jalan yang saling klakson pun tidak. Entah karena egoku atau rasa kecewamu yang dalam. Entah karena ketidakberanianku atau dirimu yang menunggu aku menyapa terlebih dahulu.

Aku berharap kita yang dahulu.

Saling tawa satu sama lain, saling bicara walau tak penting, saling membantu tanpa rasa canggung.

Bukan seperti dua orang yang tidak saling kenal, mengingat dulu kita pernah cukup akrab.

Bukan salahmu, harusnya aku yang menegurmu. Sekilas saja berkata hai, dan basa-basi bertanya kabar.

Bukan salahmu, harusnya kita seperti dulu. Teman tanpa pernah ada perasaan.

Aku rindu untuk bicara, aku rindu mendengar tawamu. Suaramu yang pasti langsung kukenali walau hanya sedikit terdengar dari sini.

Dan beginilah di sini sekarang kita. Dua orang yang saling tatap mata pun terasa ragu.

Kau lebih mudah mencairkan suasana ketimbang aku. Aku butuh saling tatap seperti dahulu dan saat itulah aku akan berpikir bahwa kamu memang lebih baik tercipta sebagai teman.

Aku merindukan itu, bukan kita yang seperti dua orang tak saling kenal.

Komentar

  1. kadang masa depan ada di belakang memanggil namamu, kejar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. inilah kenapa dari kecil diajari 3S kak, Senyum Sapa Salam.. wkwk.. future isn't too simple to talked..

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama