Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"
Tentu kita tahu permasalahan ini, bukan? Seorang ustaz, dalam majelisnya, menjawab pertanyaan yang diajukan terhadapnya berkaitan dengan hukum wayang. Namun, seperti sebelumnya, saya tidak akan membahas perihal hukum tersebut. Sebab, masalah agama adalah sesuatu yang tidak perlu didebat. Semua dijawab dalam sabda Allah; "Bagimu agamamu, bagiku agamaku." Atau dalam bahasa kekiniannya dikenal dengan agree to disagree.
Permasalahan utama dalam peristiwa ini sebenarnya lumrah. Seperti seorang pemuda yang bilang kalau K-Pop itu norak kepada temannya di kamar indekos, kemudian dia mengatakan hal yang sama di tengah-tengah konser BTS.
Namun, yang menjadi perhatian saya adalah bagaimana statement ustaz tersebut ditanggapi oleh orang-orang yang tidak menyetujuinya. Pagelaran wayang digelar menjawab pernyataan terkait wayang yang diharamkan. Pagelaran yang berisi kritik, tetapi bukan kritik yang satire atau tersirat. Melainkan, sebuah pagelaran yang lugas juga sarkas.
Ujung-ujungnya sang ustaz minta maaf dan panitia pagelaran wayang juga minta maaf. Maaf menjadi jalan keluar untuk masalah yang lazim ini. Padahal masalah seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya. PUBG haram, pokemon go haram, rokok elektrik haram, valentine haram, dan lain sebagainya yang mungkin saya luput.
Padahal Tuhan maha baik dengan segala media sosialnya. Kenapa tak bisa, sebelum tersulut emosi, kita ikuti ucapan Sujiwo Tejo untuk Tabayyun terlebih dahulu? Tak sulit untuk mencari tahu informasi sebenarnya.
Toh, babi dan miras yang jelas haram saja pelanggannya masih banyak. Tak jarang dari yang mengakunya beragama Islam sekalipun. Lantas, mengapa perlu takut wayang akan musnah hanya karena dianggap haram?
Berdasarkan kejadian ini, saya memiliki beberapa cara yang mungkin bisa kita semua lakukan kalau bertemu fatwa haram lainnya.
1. Kita akan emosi ketika sesuatu yang kita sukai atau menguntungkan kita dianggap haram. Bukti bahwa kita egois bukan? Oleh karena itu, jangan marah dahulu. Carilah informasi dari sumber lain yang berkaitan dengan berita tersebut.
2. Tanpa menggurui, kita pasti tahu kalau di kalangan ulama pun sering terjadi perdebatan atas beberapa hal. Termasuk wayang ini. Ada yang mengatakan kalau gambar itu haram, tetapi ada juga yang mengatakan kalau gambar tersebut tidak menyerupai makhluk hidup atau tidak 3 dimensi, gambar tersebut tidak haram. Ulama pun tidak memaksa kita. Kita bebas memilih sendiri mana yang kita yakini.
3. Setelah dapat satu pendapat yang kita yakini, berhenti menghujat orang yang tidak sependapat dengan kita. Kembali ke "bagimu agamamu, bagiku agamaku" tadi. Kita bisa mengambil opsi sepakat untuk tidak sependapat.
Dengan begini kita tidak perlu koar-koar tersulut emosi untuk memperjuangkan keyakinan kita yang ujung-ujungnya malah membuat kita terlihat lebih buruk lagi.
Sepertinya para ulama perlu meniru para stand up comedian yang menyebarkan video-videonya ke orang tertentu atau yang membayar saja demi menghindari orang-orang yang jempolnya mudah panas.
Komentar
Posting Komentar