Cinta Diam-Diam adalah Bom Waktu untuk Patah Hati
Malem minggu terakhir di bulan ini nih. Malem minggu berikutnya bakal ada di bulan Februari. Gue rada dilema sama bulan Februari, bulan Februari kan identik dengan cinta. Terus, gue kan jomblo. Mau gue benci ini bulan, tapi ini bualn kelahiran gue. Mau gue suka, tapi orang malah bilang kalau gue nungguin plentin dey. Gue jadi bingung, sama bingungnya kalau disuruh milih mana, Melody JKT48 atau Chelsea Islan.
Oke, gue mau bahas hal yang selalu gue bahas; cinta. Kalau ngomongin cinta itu gak bakal ada habisnya, iya kayak rasa sayang aku ke kamu. Fokus... fokus. Gue beberapa minggu lalu ikut lomba cerpen dengan tema secret admirer, gue kasih judul cerpen gue dengan Jatuh Cinta Diam-Diam adalah Bom Waktu untuk Patah Hati. Panjang kan judulnya? Iya, kayak antrian di jalan tol.
Kenapa gue kasih judul kayak gitu? Ini sebenarnya cerpen dengan isi curahan hati gue dengan bumbu-bumbu drama. Jadi, kenapa gue bilang kalau cinta diam-diam adalah bom waktu? Begini, orang yang jatuh cinta diam-diam pasti tidak berani atau tidak bisa mendekati orang yang dia suka dengan berbagai alasan. Alasan yang tidak bisa diterima, tapi tidak juga bisa diabaikan begitu saja. Misal, orang itu lebih sempurna dari kita, orang itu suka dengan teman kita, orang itu mantannya teman kita, orang itu disukai teman kita, atau orang itu terlalu menganggap kita temannya. Pokoknya banyak alasan-alasan banci yang membuat seseorang menjadi pemuja rahasia. Namun, seperti yang gue bilang, cinta diam-diam adalah bom waktu untuk patah hati. Kita tinggal menunggu waktu untuk melihat bom itu meledak dan menghancurkan kita.
Gue jadi inget dengan salah satu obrolan gue dengan temen gue lewat BBM tentang bom waktu ini.
"Sampai kapan kamu nyimpen bom waktu? Haha...." Tulisnya
"Sampai meledak, soalnya kabel manapun yang nantinya bakal dipotong akan tetap meledakan bomnya." Jawab gue
"Terus kapan kabelnya dipotong?" Tanyanya lagi
"Gak perlu dipotong, evakuasi saja secepatnya"
"Terus siapa yang jadi Tim SAR-nya?"
"Gak ada, lari aja sendiri"
Ya... seperti bom waktu yang hanya dengan meledakannya sajalah dia akan berhenti, gue dengan orang yang gue suka cuma bisa meledak jika terus dipaksa. Namun, sebelum menimbulkan banyak masalah, lebih baik lari. Lari dari semua perasaan ini.
Gue bukan buat dia. Dia terlalu sempurna buat gue. Seperti ini jauh lebih baik. Lari dari bom dengan hanya sedikit luka, daripada memaksa menjinakannya dan mendapat banyak luka... lalu mati.
Mungkin rasa sakitnya tetap terus akan terjadi. Mengiris perlahan. Yaahh... semua lebih baik begitu kan? Dia yang sudah memutuskan, dan gue bukan siapa-siapa untuk menentang.
Diary Remaja Jomblo... END.
Komentar
Posting Komentar