Dari Aku yang Lebih dari Sekadar Mengagumi

Jatuh dalam suatu ketidakberdayaan, tersesat dalam ketidakpastian, terluka di dalam angan-angan... aku menyebutnya jatuh cinta.

Aku terlalu lelah untuk berdebat dengan perasaan ini. Aku sadar aku menyukai, dan aku sadar aku harus lari menjauhi. Sebuah usaha keras yang sepertinya percuma. Aku tau ada dia di sisimu yang masih saja setia.

Berulang kali aku berusaha mengalihkan hati, tapi sosial mediamu selalu saja terlihat cantik. Berulang kali aku berusaha menyibukkan diri, tapi tetap saja senyummu membuatku kembali.

Aku mulai bosan menjadi orang yang diam-diam menyukaimu, aku ingin teriak lantang ke arahmu, "AKU LEBIH DARI SEORANG PENGAGUMMU!"

Aku mulai takut dengan perasaan ini. Aku takut rasa suka ini berkembang biak dengan cepat dan memenuhi setiap teguk di tenggorokanku.

Saat aku mulai memilih bungkam, ada cemburu yang tak ingin dikekang. Aku ingin kembali dan menatap wajahmu, berkata dengan mata penuh harap,

"Putuskan dia, kumohon!"

Aku mulai mual dengan semua rasa sukaku saat kutahu kamu sudah menerima kembali dirinya. Aku mulai kesal dengan semua rasa sukaku saat aku tahu dia sudah menerima hantaman keras di wajahnya... untuk kamu. Aku mulai benci dengan segala hal yang berkaitan dengan dia. Aku bahkan menahan ludah di mulutku saat ingin mengucap namanya, mana sudi aku mengucapkan empat huruf itu. Maaf, ini akan membuatmu tidak menyukaiku. Namun, aku sudah tenggelam dan kehabisan nafas untuk melihat wanita lain.

Maaf. Putuskan dia, kumohon!

Ah... kamu mengingatkan aku dengan materi biologi SMA dulu. Anemogami; penyerbukan yang dibantu oleh angin. Angin telah membawa aku melayang bebas, dijatuhkan kepada bunga terindah yang pernah aku lihat, kamu. Aku dijatuhkan dengan sangat keras. Anemogami yang sudah salah dalam melakukan tugasnya. Bunga itu sudah dipetik oleh orang yang tak bisa aku lawan. Aku bukan siapa-siapamu untuk melawannya.

Larilah! Putuskan dia, kumohon!

Agar kamu tahu... agar ada kesempatan bagiku untuk berdua denganmu dan memiliki keberanian untuk menatap matamu. Menjelaskan betapa tidak sukanya aku dengan dia. Ya... sebab kini aku terlalu mengharapkanmu.

Dari aku yang lebih dari sekadar mengagumimu. Dan sepertinya akan terpaksa terus mengagumimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama