Antologi
Bersiaplah, aku mencoba mengulangnya kembali dan menyatakan seberapa serius kalo ini.
Pertama, aku tak akan berbasa-basi. Aku membencimu.
Aku benci saat kamu melihat mataku terlalu lama
aku benci dengan setiap sentuhan tangan saat kita berdampingan.
Aku benci dengan setiap kebencian yang aku paksakan.
Kedua, Aku tau aku terlalu jauh jatuh padamu. Aku tau saat melihat matamu, aku telah tersesat dalam jatuh cinta yang menyakitkan.
Seperti semua ketidakmungkinan, kamu adalah salah satunya. Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan. Denganmu terasa bahagia adalah kalimat fakta yang terasa sangat fiktif.
Ketiga, adalah kamu yang aku ingin jadi yang terakhir. Aku tak ingin menyukai yang lain, kamu sudah terlalu ideal. Cukup membuatku tak ingin berpaling.
Seperti itulah, move on adalah kata yang punya arti bagiku, tapi selalu jadi tak bermakna saat bersamamu.
Aku... tak mau membuka hati lagi.
Layaknya pakaian yang pagi tadi kau cuci, lalu hujan tiba-tiba turun membasahi. Bila saja hujan itu duluan yang turun, mencuci pun tak repot aku lakukan.
Seperti itu, bila saja aku yang lebih dulu kau kenal dibanding dia, mungkin jalan cerita dan tokoh utama dalam bukumu itu akan berubah.
Seperti tulisan yang aku tujukan padamu, bila... saja.
Bila saja ada kata yang selalu dapat membawaku untuk bisa seharian bersamamu, aku akan menulisnya besar-besar di tembok kamarku dan meneriakkannya lantang.
Tolong, aku terlalu kamu.
Tolong, sebab kini aku terlalu mengharapkanmu.
Sebegitu sulitkah untuk pindah?
Semudah itukah untuk bilang akan pindah, padahal hati saja belum singgah.
Sesulit itukah mencari yang lain?
Semudah itukah berpaling, saat hati masih enggan memutar kunci?
Terkadang, bahagia itu tinggal lupakan kenyataan dan kita tetap bersebelahan. Namun, ketidakrelaanku melepaskan, malah berakhir menyakitkan.
Hujan itu kembali lagi. Mengucur deras saat hati sudah keras. Terlalu keras hingga untuk luluh ke yang lain pun terasa enggan.
Dari awal, kacamatamu, senyummu, berjalan denganmu, terlalu nyaman kau jadikan aku.
Dan akhirnya, kapan akan berakhir? Kapan akan ada sihir yang membuat dia tak lagi kau pikir? Biar selanjutnya aku yang berusaha.
Aku dan puluhan tulisan yang entah kapan kau akan tanyakan ini, tak mau berbasa-basi.
Kamu adalah deskripsi menyakitkan yang tetap selalu aku coba jelaskan.
resume dari semua yang selama ini-kah? wah betapa menyakitkan bagi yg memperhatikan.
BalasHapusYup. Kumpulan dari teriakan patah hati-patah hati yang tak tersampaikan.
Hapusdan teriakan-teriakan jatuh cinta yang tak sempat dibicarakan. lihatlah dari sudut pandang berbeda. benar-benar berbeda.
BalasHapus