Soal Senja yang, Sudah, Aku Bosan

Percayakah dirimu akan keindahan dari sebuah pelangi? Berharap di ujungnya ada harapan yang bisa kau andalkan?

Padahal cuma tetes-tetes air, sisa-sisa hujan.

Percayakah dirimu dengan warna-warni yang bisa menenangkan itu? Berharap kau bisa tidur santai didekapnya?

Padalah cuma cahaya maya, yang kau dekati lalu menghilang.

Percayakah dirimu ada ruang yang bakal indah di ujung perjuanganmu? Berharap hanya dengan setia kau akan bahagia?

Padahal hanya raung-raung penderitaan yang terlalu tinggi bergantung di harapan.

Percayakah keindahan senja itu menenangkan diri? Berharap ada yang baik datang setelah hari berganti.

Padahal senja saja tak mampu menemani sampai lelapmu.

Sebab sejatinya senja tak mampu menghapus air matamu, kau hanya membiarkannya mengalir sampai senja meninggalkanmu sendiri.

Senja memberimu kehangatan hanya untuk membuatmu penuh harapan. Lalu dijatuhkan, saat dingin bersama gelap malam dia datangkan.

Sebab sejatinya senja tak pernah mampu membuatmu bahagia, saat kau menikmatinya dengan senyuman, dia meninggalkanmu tanpa salam diucapkan.

Senja hanya memberimu lamunan. Saat kau mengabadikannya, dia bersamamu tak mau selamanya.

Sebab sejatinya senja hanya cahaya maya, kau dekati lalu dia menghilang.

Seperti pelangi, senja punya ambisi untuk jatuhkan setiap hati.

Sebab sejatinya senja sama seperti pelangi, kau lihat dia di atas lalu dia mebuatmu menundukkan kepala. Apa yang kau tinggikan adalah apa yang membuatmu dijatuhkan.

Tidak seperti hujan yang menyamarkan setiap air mata, tidak seperti hujan yang tidak rela kepalamu ditundukkan.

Tidak seperti hujan yang selalu pelangi manfaatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama