Ketika Anak SD Pacaran

Beberapa waktu lalu gue membaca sebuah berita di Line Today. Sebuah berita miris, tapi lucu. Anak SD Tawuran karena Cinta Segitiga. Ada dua hal yang membuat miris, pertama, anak SD sudah tawuran. Mereka belum belajar trigonometri sama geografi, tapi sudah begini? Oke, yang lebih bikin ketawa adalah penyebab tawurannya. Saat SMA, sekolah gue pernah tawuran. Penyebabnya adalah saling singgung saat lomba gerak jalan. Ini masih enak untuk diceritakan, tapi penyebab tawuran antar-SD ini adalah cinta segitiga. What the....

Gue SD masih berebutan layangan putus, lu udah ngerebutin cewek. Ini mantap bener. Sebuah perkembangan.

Selain itu, gue pernah lihat sebuah video di Instagram. Anak kecil, bicara dengan gaya orang dewasa, seolah lagi main sinetron, ngomong, "Dia itu gak cinta sama kamu, yang cinta sama kamu itu cuma aku."

Dek, itu ingus bersihin dulu, Dek.

Kacaunya lagi, orang-orang yang nonton itu komentar dan menganggap itu sebagai lucu-lucuan. Ayolah, ini anak masa depannya lebih cepet dari masa depan lu. Bisa aja waktu masuk TK dia sudah berebutan suami orang.

Lebih ngeri lagi, gue pernah lihat sebuah video, ada anak kecil, beberapa cowok dan satu cewek. Si cewek diem, cowok satu per satu gantian meluk si cewek dan ngecium si cewek. Hei.... Dia masih kecil tapi sudah di-gangbang.

Sunat aja belum lho.

Gue khawatir, gimana kalau ada pasangan anak-anak pacaran. Si cowok ngirim chat kayak gini ke si cewek.

Cowok : "Bunda (panggilan sayang),  Ayah mau bilang kalau beberapa hari ini kita gak bisa ketemu."

Cewek : "Kenapa Ayah bilang gitu?"

Cowok : "Minggu besok Ayah mau disunat, Bun, jadi kita gak bisa ketemu dulu."

Cewek : "Ayah mau disunat?"

Cowok : "Iya, Bun, Bunda tetep Setia ya sama Ayah walau kita gak ketemu. Jangan nakal, jangan main sama cowok kelas enam itu."

Cewek : "Iya, Ayah, pasti. Ayah, gimana kalau waktu Ayah sunat Bunda dateng ke rumah Ayah?"

Cowok : "Jangan Bunda."

Cewek : "Kenapa, Yah? Kan bisa sekalian ngasih semangat."

Cowok : "Kita belum muhrim, Bun, gak boleh ngeliat."

Ya, anak-anak memang cepat sekali dewasa. :')

Namun, di sisi lain kita tidak bisa menyalahkan si anak. Kita yang menganggap itu lucu dan tidak melarang keras. Menyalahkan sinetron? Kalau kita masih menonton mau bagaimana? Kalau jutaan orang masih menonton, televisi tidak akan menghentikan sintron.

Kalau penonton masih betah
Bagaimana sinetron mau dibedah?

Kalau di mata anak masih banyak cinta-cintaan,
Bagaiamana anak mau berhenti belajar berciuman?

Jadi, bagaimana?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama