Kau Tidak Menulis, Kau Hanya Berak

Apa yang dihasilkan seorang penulis? Sebuah karya, entah puisi, cerpen, atau novel. Karya sastra adalah katarsis. Apa yang tidak bisa kita katakan di dunia nyata, bisa kita tulis di dalam karya sastra. Idrus pernah berkata kepada Pramoediya Ananta Toer, “Pram, kamu itu tidak sedang menulis, kamu itu berak.”
Apa hubungan menulis dan berak?

Kembali ke pertanyaan awal, apa yang dihasilkan seorang penulis? Novel atau kotoran manusia? Karya sastra adalah pelarian dari dunia nyata. Apa yang tidak kita miliki dan rasakan di dunia nyata bisa kita tuliskan dalam karya sastra. Pramoedya pernah berkata, “Kau tahu mengapa aku mencintaimu? Sebab kau menulis.”

Apa yang dihasilkan seorang penulis kalau Idrus pun berkata kalau Pramoedya tidak menulis, tapi hanya berak?

Menulis adalah proses curhat yang keren. Kita bisa menuliskan apa yang kita rasakan dengan kata yang berseni dan dapat dinikmati. Indah bukan? Lalu Idrus mengatakan kalau itu hanya berak? Mengeluarkan kotoran bekas pencernaan?

Bukan tanpa alasan Idrus berkata seperti itu;

“Saat kau sedang berak, kau mengeluarkan semua yang ada di dalam dirimu. Setelah itu kau lega. Apa bedanya dengan menulis?”

*dari obrolan singkat dengan penulis Teriakan dalam Bungkam, Rizqi Turama

Komentar

  1. Dan, ternyata, setelah buka-buka file, terungkaplah bahwa aku salah ingat: yang ngomong itu ke Pram bukanlah Jasin, tapi Idrus.
    Hahaha. Maafkanlah, Feb.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama