CCTV DAN KOTAK AMAL MASJID

Cerpen ini pernah dimuat di Sumatera Ekspres edisi 17 November 2018.

Masjid di dekat rumahku baru saja memasang CCTV, pemasangan itu dilakukan karena terjadi pencurian uang di kotak amal masjid beberapa minggu lalu. Tidak ada saksi yang melihat siapa yang mengambil uang tersebut, bahkan marbut yang nyaris 24 jam berada di dalam masjid tidak mengetahui. Pengurus masjid menduga bahwa pencurian dilakukan saat sedang salat, mungkin salat Subuh atau Zuhur. Sebab kotak amal dibuka setiap dua kali sehari, setelah Subuh dan sesudah Magrib.




CCTV diletakkan di sudut kanan atas di bagian depan dalam ruangan masjid. Mengarah tepat ke kotak amal di barisan saf pria yang dekat dengan pintu keluar. Monitor untuk mengawasi rekaman CCTV diletakkan di ruangan marbut agar lebih mudah diawasi. Seminggu berlalu uang di dalam kotak amal tetap ada dan aman. Pengurus masjid merasa pemasangan CCTV berguna untuk menangkal pencurian. Mungkin pencuri merupakan orang yang hanya lewat di masjid dan tergoda dengan kotak amal, lalu sekarang sudah pergi, atau kemungkinan lain pencuri merupakan jemaah masjid yang sekarang sudah tahu kalau masjid sudah dipasangi CCTV. “Tidak ada yang tahu,” ucap ketua pengurus masjid.

Beberapa hari setelah itu, marbut melapor ke ketua pengurus kalau uang di dalam kotak amal dicuri lagi. Kali ini kotak amal di saf wanita yang dicuri. Terdapat bekas congkelan di kotak amal tersebut. Namun, sayangnya CCTV tidak menjangkau area tersebut.

Diadakan rapat pengurus masjid malam itu juga untuk membahas apa yang harus dilakukan untuk menjaga kotak amal masjid. “Pencurinya pasti jemaah kita, dia tahu lokasi mana yang tidak terlihat oleh CCTV,” celetuk salah seorang pengurus. “Sekarang itu tidak penting, kita harus cari cara agar tidak ada lagi kotak amal yang dicuri.”

Dari rapat yang kebanyakan membahas siapa yang mencuri kotak amal itu, didapat solusi yang akhirnya disetujui oleh anggota pengurus. Mereka memutuskan untuk memasang satu CCTV lagi untuk memantau kotak amal di saf wanita. Posisi CCTV sama dengan CCTV di saf pria, mengarah langsung ke kotak amal yang berada di dekat pintu keluar.

Kali ini pengurus masjid bisa langsung pulang ke rumah untuk salat sunah dengan tenang. Tidak lagi khawatir dengan kotak amal dan isi-isinya, sebab sekarang kotak amal itu sudah ada yang mengawasi. Marbut pun mungkin merasa seperti itu, dia sampai tidak sadar tertidur di saf depan agak pinggir, lupa untuk kembali ke dalam ruangannya.

Setelah salat Subuh, sesuai rutinitasnya, marbut membuka kotak amal. Namun, dia menyadari kalau kotak amal itu sudah dicongkel. Buru-buru marbut menghubungi ketua pengurus masjid untuk melapor. Kotak amal di saf pria dicuri lagi.

Pengurus langsung mengecek CCTV untuk melihat siapa yang berani mencuri kotak amal di dalam masjid. Beberapa pengurus sudah menggertakkan gigi mereka, geram, “Sekarang kita akan tahu siapa si pencuri itu.”

Rekaman CCTV dibuka setelah salat Magrib, saat marbut membuka kotak amal. Setelah itu marbut mengumpulkan uang-uang yang baru diambilnya dari dalam kotak amal dan berlalu ke ruangannya untuk menyimpan uang tersebut. Tidak lama, marbut keluar dari dalam ruangnya dan merapikan sajadah. Tidak ada orang lain di dalam masjid sampai salat Isya. Begitu juga setelah salat Isya, tidak ada siapa-siapa yang datang ke masjid. Hanya ada marbut yang tertidur di saf depan. Tidak ada yang terlihat mencongkel kotak amal tersebut.

Pagi itu tidak ditemukan rekaman yang menunjukkan adanya orang yang melakukan pencokelan kotak amal. Bahkan tidak ada jemaah yang mendekat ke kotak amal, kecuali marbut yang memang menjalankan tugasnya. Setelah mengadakan rapat dan mencari tahu apakah ada cara lain untuk mencongkel kotak amal tanpa terlihat CCTV pagi itu juga, para pengurus masjid pulang. Tentu dengan rasa dongkol dan heran. Siapa orang yang berani mencuri di tempat ibadah? Apa orang itu tidak tahu kalau masjid sudah dipasangi CCTV?

Sekitar tiga hari berlalu, ketua pengurus masjid menjadi lebih sering melihat rekaman CCTV di hari pencongkelan kotak amal. Dia masih tidak percaya kalau pencurinya tidak terekam di dalam CCTV. Di saat itulah marbut mendatanginya lagi dan memberikan kabar bahwa kotak amal dicongkel lagi. Kali ini bukan hanya satu kotak amal, melainkan dua kotak amal dicongkel. Kotak amal di saf pria dan kotak amal di saf wanita.

Rekaman CCTV kembali dibuka. Pengurus masing-masing melihat rekaman di saf pria dan wanita. Memperhatikan dengan cermat, melihat adakah yang mendekat ke kotak amal tersebut. Namun, seperti kemarin, tidak ditemukan orang yang mendekat ke kotak amal. Rapat kembali dilakukan.

“Tidak ada orang yang mendekat ke kotak amal, itu pun dari yang kita lihat dari CCTV,” ucap ketua pengurus memulai. “Tidak, bukannya ada satu orang yang selalu mendekat ke kotak amal di setiap rekaman yang kita lihat?” Ucapan dari salah satu pengurus itu membuat mata tiap pengurus tertuju pada satu-satunya orang yang mendekat ke kotak amal karena menjalankan tugasnya; marbut masjid. Pengurus saling berbisik sambil mulai menatap sinis ke arah marbut masjid.

“Tapi, dia yang melapor.” “Tidak ada yang tahu jumlah uang di dalam kotak amal itu selain dia.” “Ya… memang tidak ada yang lain yang mendekat ke kotak amal, CCTV merekam semua yang tidak kita lihat.”

Tidak ada yang membela marbut, kalau pun ada, sesegera mungkin pembelaan itu dicela dengan rekaman CCTV. Tidak ada asas praduga tidak bersalah yang diterapkan. Marbut tidak bisa membela dirinya. Segera setelah itu, rapat menghasilkan satu keputusan, yaitu mengusir marbut dari masjid tersebut. Sekarang hilanglah kegelisahan para pengurus, dan hilanglah tempat tinggal untuk si marbut.

Setelah kejadian itu, pengurus belum mencari marbut baru. Ruangan marbut yang berisi monitor CCTV dibiarkan kosong. Setidaknya pengurus masjid sudah tahu siapa yang mencuri kotak amal dan sekarang tidak butuh lagi CCTV. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Saat akan melakukan salat Subuh, kotak amal di saf pria dan wanita ditemukan sudah dibongkar. Bukan lagi dicongkel, kali ini kaca kotak amal dipecahkan. Tidak ada lagi isi di dalamnya. CCTV kembali dicek, sayangnya, sama seperti sebelumnya. Tidak ada siapa pun yang mendekat ke kotak amal, padahal marbut sudah diusir. Jadi, apa para pendosa itu tidak tahu sudah ada yang mengawasi mereka?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama