Dilarang Merokok di Ruang Kelas

 Cerpen ini pernah dimuat di Majalah Salo Saddang edisi V, 2020.


Semua siswa dari kelas X sampai XII berbondong-bondong mendatangi kelas XII IPS 5, mereka semua penasaran dengan plakat yang baru saja dipasang di kelas tersebut. Kelas XII IPS 5 menjadi ramai di setiap jam istirahat dan pulang. Terkadang ada yang mencuri-curi mengintip saat jam pelajaran, tetapi langsung disuruh kembali oleh guru yang melihat.



    Orang yang memasang plakat tersebut adalah wali kelas XII IPS 5 sendiri, Pak Yusril. Plakat itu berisi pemberitahuan bahwa siapa pun yang masuk ke dalam kelas dilarang untuk merokok. Tidak lupa juga diberitahukan bahaya-bahaya merokok di dalam plakat tersebut. Merokok menyebabkan kanker, penyakit paru kronik, jantung, stroke, hipertensi, diabetes, gangguan kehamilan dan janin, sampai ke yang paling berbahaya menyebabkan kulit keriput. Siapa juga yang ingin kulitnya keriput sebelum tua? Itu adalah dampak paling mengerikan dari merokok.
    
    Saat tiba jam pelajaran Pak Yusril, ia masuk dengan menyunggingkan senyum. Setelah itu, semua siswa langsung berdiri dan mengucap salam. Pak Yusril memulai pelajaran seperti biasa, dia membuka laptopnya, menyambungkannya ke proyektor, dan menampilkan powerpoint mengenai pembelajaran. Saat tengah asyik menjelaskan dan Pak Yusril tengah menghadap ke papan tulis, tempat powerpoint-nya terpapar, tiba-tiba tercium bau yang tidak asing bagi Pak Yusril, bau asap rokok. Pak Yusril langsung menoleh ke arah para siswa, tetapi tidak ada siapa pun yang sedang merokok. Semua siswa tengah fokus memerhatikan Pak Yusril.
    
    Pak Yusril kembali mengajar dan sesekali memandang ke arah papan tulis. Tanpa Pak Yusril sadari, ketika Pak Yusril menatap ke arah papan tulis, semua siswa merunduk ke bawah meja dan mengisap dalam-dalam rokok yang mereka pegang. Beberapa milidetik sebelum Pak Yusril kembali menatap para siswa, semua siswa kembali pada posisi normal dan memerhatikan penjelasan Pak Yusril. Namun, asap rokok yang dikeluarkan para siswa tidak bisa menghilang begitu saja. Asap tersebut masih mengawang hampir menyentuh langit-langit kelas. Semakin lama Pak Yusril mengajar, semakin pekat asap yang berada di dalam kelas. Asap tersebut tidak juga menghilang, malah makin bertambah hingga membuat Pak Yusril dan beberapa siswa terbatuk-batuk.

    “Siapa yang merokok di ruang kelas?” Tanya Pak Yusril dengan nada tinggi. Tidak ada yang menjawab, Pak Yusril semakin meninggikan suaranya, “Mengaku saja! Siapa yang merokok di ruang kelas? Kalian tidak membaca plakat yang sudah Bapak pasang di depan? Kalian mau kulit kalian keriput sebelum waktunya?” Semua siswa tetap tidak ada yang menjawab. Beberapa masih terbatuk-batuk, beberapa lainnya menutup mulut dengan satu tangan, sedang tangan lainnya mematikan rokok yang masih menyala, kemudian membuangnya. Pak Yusril meminta semua siswa untuk membuka jendela agar asap keluar dan menghilang. Pak Yusril kemudian mengipas-ngipaskan buku yang dia bawa agar asap cepat menghilang. Beberapa siswa mengikuti.
    
    Apa yang dilakukan Pak Yusril dan para siswa membuahkan hasil, asap mulai berkurang. Namun, ketika asap mulai menipis itulah semua hal menjadi terbuka, ditemukan puntung-puntung rokok berserakan di sekitar meja siswa. Dari depan hingga belakang, tidak luput satu meja pun yang tidak ada puntung rokok. Pak Yusril menggelengkan kepala, dengan nada kecewa dia bertanya kembali pada siswa-siswanya, “Siapa yang merokok di ruang kelas?” Sama seperti tadi, tidak ada yang menjawab. Hingga bel pergantian pelajaran berbunyi dan Pak Yusril meninggalkan ruang kelas.

    Keesokan harinya, Pak Yusril kembali mengajar di kelas XII IPS 5. Berbeda dari biasanya, dari pakaian Pak Yusril tercium bau asap yang sangat menyengat. Semua siswa saling bertatapan dengan raut wajah penuh tanda tanya. Beberapa di antara mereka memincingkan mata sambil menatap ke arah Pak Yusril, menaruh kecurigaan bahwa Pak Yusril baru saja merokok. Bukan hanya satu atau dua rokok, tetapi sebungkus, tidak, lima bungkus, atau malah satu pak, baunya saja sepekat itu, tidak mungkin Pak Yusril hanya merokok beberapa batang. Setidaknya, begitulah arti pincingan mata beberapa siswa kepada Pak Yusril. Seperti tidak memedulikan tatapan siswanya, Pak Yusril mengumumkan bahwa dia akan mengadakan ulangan dan menyuruh semua siswa untuk menyimpan buku ke dalam tas. Pak Yusril memeriksa satu per satu meja, satu per satu laci, satu per satu saku siswa, untuk memastikan bahwa semua siswa tidak menyimpan apa pun di sekitar mereka. Kertas ulang dibagikan, Pak Yusril kembali ke mejanya. Di saat semua siswanya fokus pada soal, Pak Yusril merunduk ke bawah meja dan menyalakan sebuah rokok yang harganya masuk ke golongan rokok mahal. Pak Yusril mengisap dalam-dalam rokok tersebut dan mengembuskan asap sisanya. Bersama keluarnya asap itu, keluar juga semua kepenatan Pak Yusril.

    Dia tidak khawatir akan keriput, toh merokok atau pun tidak dia tetap akan keriput. Namun, yang tidak diketahui Pak Yusril adalah bahwa saat dia merunduk ke bawah meja, semua siswa ikut merunduk ke bawah meja mereka masing-masing. Mengisap dalam-dalam rokok yang mereka sembunyikan dengan sangat hati-hati. Pak Yusril kembali pada posisinya semula, semua siswa masih fokus pada soal ulangan mereka.

    Sama seperti kemarin, secepat apa pun para siswa kembali pada posisinya semula, asap tidak akan menghilang begitu saja. Asap sisa rokok yang mereka isap masih mengawang hampir menyentuh langit-langit ruang kelas. Lama-kelamaan asap semakin menjadi, bahkan lebih parah daripada sebelumnya. Sekarang sampai-sampai Pak Yusril tidak bisa melihat siswa-siswanya dengan jelas. Semua siswa termasuk Pak Yusril terbatuk-batuk. Di saat sulit untuk menghentikan batuknya, Pak Yusril mencoba berteriak, “Siapa yang merokok di ruang kelas?” Tetapi suara batuk siswa mengalahkan teriakan Pak Yusril, tidak ada yang menjawab pertanyaan Pak Yusril. Melihat keadaan yang semakin parah, Pak Yusril mengungsikan semua siswa ke luar kelas. Setelah itu, Pak Yusril mencari ponselnya sambil meraba-raba mejanya. Setelah mendapatkan ponsel miliknya, Pak Yusril melakukan panggilan ke polisi. Dia meminta agar polisi segera datang agar cepat menemukan siapa yang merokok di ruang kelas dan asap yang mengganggu kegiatan mengajarnya dapat menghilang.

    Lima orang polisi datang dengan cepat dan membawa peralatan lengkap. Peralatan khusus untuk menemukan siapa yang merokok di dalam ruang kelas. Tanpa banyak celoteh, para polisi itu masuk ke dalam kelas yang sudah dipenuhi asap. Semua polisi kesulitan untuk melihat, bahkan ada polisi yang terbatuk-batuk. Beberapa menit berselang, para polisi itu keluar sambil membawa beberapa barang bukti yang menjadi sumber asap. Beberapa potong puntung rokok dan bahkan sebuah rokok elektronik.

    “Barang-barang inilah yang menjadi penyebab asap di ruang kelas, benar-benar ada yang merokok di dalam kelas Bapak,” ucap salah satu polisi. “Rokok elektronik ini yang menjadi penyebab asap semakin pekat, apakah Bapak telah memasang plakat dilarang merokok?” Tanya polisi yang lain kepada Pak Yusril. “Sudah, Pak, saya sudah juga peringatkan dilarang merokok di ruang kelas, bahkan saya beri tahu ke semua siswa bahwa merokok dapat menyebabkan kulit keriput,” jawab Pak Yusril sambil menahan agar tidak kembali terbatuk.

    Pak Yusril melihat ke arah ruang kelas, di dalam sana terlihat bayangan orang yang sedang merokok, dia tidak tahu siapa itu karena dia yakin semua siswa sudah diungsikan ke luar. “Pak Polisi, di dalam sana ada yang merokok, dialah yang menyebabkan semua asap ini! Dialah yang merokok di ruang kelas!” Teriak Pak Yusril kepada empat polisi di depannya sambil menunjuk ke arah orang di dalam kelas tersebut. Para polisi itu langsung menyerbu ke dalam bertujuan untuk menangkap orang yang melanggar aturan tersebut. Tetapi, ketika kelima polisi itu ke luar kelas, mereka mengatakan satu hal yang sama, “Tidak ada siapa-siapa di dalam sana, Pak, dia berhasil kabur.”

    Para polisi meletakkan semua barang bukti yang mereka dapat ke dalam sebuah kantong tembus pandang. Salah satu polisi menepuk pundak Pak Yusril, “Kami akan menyelidiki sidik jari yang terdapat di puntung rokok dan rokok elektronik ini, dengan itu kita akan tahu siapa pemilik barang-barang ini, terima kasih atas laporan Bapak, kami permisi,” semua polisi itu kemudian meninggalkan Pak Yusril dan kembali ke markas mereka.

    Hari berikutnya, Pak Yusril kembali masuk ke kelas XII IPS 5. Kali ini dia masuk sambil membawa sebuah plakat. Pak Yusril melepas plakat lama di depan kelas, “Polisi tidak menemukan sidik jari siapa pun di barang bukti yang mereka temukan, sepertinya pelaku yang merokok di dalam ruang kelas begitu pandai menyembunyikan identitasya,” ucap Pak Yusril sembari melepas plakat lama dan memasang plakat yang baru. Kali ini plakat tersebut berbunyi, “Dilarang merokok di ruang kelas, kalau ingin merokok pergi ke kebun sawit saja supaya asapnya tersamarkan”.

    Namun, setelah plakat baru itu dipasang pun, tidak ada perubahan terjadi. Asap rokok masih menjunjung, Pak Yusril dan semua siswa masih terbatuk. Tidak ada yang berubah, tidak ada yang jera dengan apa yang telah terjadi. Pak Yusril pulang dengan raut wajah kecewa, sesampainya di rumah, raut kecewa itu semakin menjadi. Dia melihat ke perkebunan sawit yang berada tepat di seberang rumahnya. Api sedang asyik-asyiknya melahap perkebunan itu. Padahal baru kemarin, sebelum berangkat sekolah, Pak Yusril memadamkan api di kebun itu. Hanya mengandalkan selang dan pompa air, Pak Yusril mencoba memadamkan api, sama persis seperti kemarin api dan asap balik menyerang tubuh Pak Yusril yang masih mengenakan pakaian mengajar, “Ini bakal bau lagi,” ucap Pak Yusril sambil menghentikan usahanya dan menunggu pemadam kebakaran atau helikopter datang membawa air yang lebih banyak lagi. Pak Yusril masih menunggu, asap makin menjunjung, perlahan tapi pasti mengepul kota di setiap sudut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama