What If I Told You, I Don't Want Just to be Your Friend?

Selamat hari senin, hari awal kita lakukan semua aktivitas, yang terkadang membuat diri terasa terhempas kepada perasaan yang tak ingin lepas.

Gue pagi tadi abis ngeliatin akun ask.fm gue yang udah lama banget gak dibuka. Akun gue udah berdebu, udah banyak sarang laba-laba, udah ada yang pakek buat tidur. Gue ngeliat jawaban-jawaban yang pernah gue jawab. Dari yang gila kayak,

Ask: "Bagaimana kamu memutuskan film yang akan kamu tonton?"

Gue jawab, "Maaf ya, film, ini mungkin bakal buat kamu kaget, tapi kita kayaknya harus putus."

Sampai pertanyaan yang menjadi inspirasi gue. Pertanyaannya gini, "Bagaimana kamu tahu kalau kamu sedang jatuh cinta?"

Ini pertanyaan yang menurut gue agak susah buat kita jawab. Ya, mungkin simplenya gini, kita merasa kalau kita mau ngelindungi seseorang lebih dari orang lain atau kita merasa marah jika seseorang terlalu dekat dengan orang lain. Mungkin itu yang namanya cinta.

Gue sendiri yang gak percaya sama cinta pada pandangan pertama, punya beberapa fase sendiri sama yang namanya fase menuju cinta.

1. Tertarik
Pernah kan liat cewek tiba-tiba kayak ada perasaan yang aneh gitu? Itu yang gue sebut tertarik. Dalam fase ini kita bakal cari tau semua tentang si dia. Ya... fase tertarik membuat kita jadi kepo.

2. Suka
Karena keserikan nyari tau tentang si dia, muncul perasaan yang lebih aneh dari sebelumnya. Kita kayaknya mau deket-deket mulu sama dia. Di fase ini kita mulai kenal sama pedekate. Masa pedekate dilakukan dan bisa saja lanjut ke nembak.

3. Sayang
Setelah seseorang nembak dan akhirnya jadian, tentu kedekatan kita sama si dia lebih meningkat lagi. Keseringan bareng ngebuat kita jadi ngerasain perasaan yang lebih aneh dari perasaan yang lebih aneh waktu di fase suka. Di fase ini seseorang masih bisa mengalami yang namanya putus.
Tapi tunggu, bagaimana kalau saat nembak lalu kita ditolak? Atau bagaimana jika yang lebih parah, kita gak bisa nembak dia karena dengan nembak dia itu bakal membuat dia menjauh dari kita?
Hal kayak gini mungkin terjadi di beberapa orang. Kita sadar kalau kita nembak dia, hal itu bakal membuat dia menjauh dari kita. Begini lebih baik. Dia sudah terlalu dekat dengan kita, dia sudah terlalu sibuk menganggap kita sebagai temannya. Dan kita gak mau cuma jadi temannya. Orang yang kayak gini biasanya cuma bakal ngerasaain sakit. Mau cemburu kalau dia dekat cowok kita bukan siapa-siapa, mau nembak takut malah dijauhin, mau makan tapi gak punya duit.... Kita cuma bisa ngomong, lebih baik kayak gini. Dia, tetep di deket kita.
Gue sebut hal ini juga rasa sayang, tapi dalam versi yang berbeda. Terlalu sayang membuat dia takut kehilangan. Terlalu dekat dan dianggap teman sudah membuat dia menyerah. Dia gak bakal pindah hati sampai si dia benar-benar pergi dan membangunkan diri dari delusi.

4. Cinta
Nah, ini adalah fase di mana kita merasakan untuk terus bersama, gak mau pisah, dan berusaha untuk saling membahagiakan. Gue gak setuju sama kata-kata yang bilang cinta gak harus memiliki. Buat apa jatuh cinta kalau kita gak bisa bareng sama dia. Bullshit.

Cuma sedikit pasangan anak muda yang bisa berlanjut ke fase cinta.

Tunggu bentar, gue jadi punya alasan kenapa gue gak nembak cewek yang gue suka pas SMA... gue belum siap jadi tukang ojek, gue belum siap buat mikirin dia terus, gue belum siap menjadi pendengar yang baik, gue belum siap marahan sama dia, dan... gue belum siap pacaran cuma buat putus.

Jadi, buat kamu, cewek yang lagi aku sukai saat ini, gue udah terlalu posesif tanpa sadar. Gue udah mengganggu terlalu sering. Gue udah terkekang delusi. Gue mau jadi seperti apa yang pernah kamu gumamkan waktu itu, waktu selembar kertas ulangan tergeletak di meja. Gue mau mencari jalan untuk jadi seperti yang apa kamu pernah bilang itu. Gue gak tau apakah kamu udah lupa sama apa yang kamu saat itu gumamkan, tapi gue tetep bakal inget. Gue pengen masuk ke fase nomor 4 bareng kamu. Serius. Gue mau bisa terus kayak gini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama