Dualisme interpersonal

Pada akhirnya bakal ada rasa sadar diri
Bukan berarti mesti rendah diri
Kau cuma menyadari
Selama ini hanya berjuang sendiri

Pada pahit mana lagi kau tersenyum manis?
Hingga senyum berada dalam tangis

Huft....

Kau peduli pada sesuatu yang tak tahu kau peduli
Kau berharap pada sesuatu yang patahkan semua sayap
Kau mengejar pada sesuatu yang harusnya kau hajar

Jatuh pada bangun yang kau paksakan
Bahagia cuma kata kerja setelah seakan-akan

Kau lara pada setiap percikan canda tawa
Kau lari, padahal tahu sudah jatuh berkali-kali

Kau perhatian, pada hati yang selalu mengejekmu, "Oh kasihan."

Mau berapa lagi kau habiskan?

Kau berdoa padahal tahu tak pernah terkabulkan

Bodoh kan? Kau berdoa tentang sesuatu yang buat kau dicampakkan.

Mau bilang apa lagi? Jodoh di tangan Tuhan?
Ambil kaca dan teriak, "Jodoh di tangan Tuhan, jodoh di tangan Tuhan."
Sambil membayangkan dia dan kekasihnya bermesraan

Tak perlu konotatif
Pada jiwamu yang kampret, sungguh naif

Terimakasih
Tapi tidak kalau kau bilang masih.

Perlukah
Pelukan
Yang meremukkan
Untuk bikin kamu terterangkan?

Bodoh
Jodoh
Bodoh berharap pada takdir berjodoh

Masih?
Maaf, tak pernah ada terimakasih lagi.

Ambil kaca dan teriak sekali lagi,
"Jodoh tak akan pernah berlari."

Sanggupkah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Haram dan Betapa Pentingnya Menjadi "Ingin Banyak Tahu" Ketimbang "Pintar"

Isu Logo Film Gatotkaca dan Dampak pada Budaya

Belajar Analogi dari Pak Menteri Agama