Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Tragedi Cerpen Plagiat

Berhentilah mengikutiku. Cerita pendekmu itu menghalangi kemenanganku. Latarnya hutan, kisahnya cinta, akhirnya bahagia. Kau cuma bedakan tokoh di dalamnya. Aku Zainab dan Ginting, Kau Zubaidah dan Subi. Aku tak suka orang yang mengganggu. Berhentilah terbelenggu dalam harapmu yang nyatanya semu. Asu! Cerpenmu itu, harusnya aku yang menang! Bukan kau yang menulisnya dengan tenang, aku di sini terkekang. Jauh-jauh pergilah. Kau cuma pengganggu. Persetan apa isi hadiahmu. Tak usah sok lugu. Pertemanan kita jelas cuma palsu. Kau mengincar ideku. Menyogokku dengan kado hasil tabunganmu. Aku tak butuh. Cerpenku jelas harus menang! Lalu dapat hadiah jutaan. Berhentilah jadi peniru. Aku sudah merasa terganggu. Kau cuma waktu sengganggku. Namun, kini aku sedang sibuk. Ceritamu, harusnya berakhir seperti yang sudah-sudah. Tak pernah ada rasa bahagia. Disalip. Ditinggalkan tanpa tahu apa alasan. Berakhir dengan sebelah tangan. Cukup seperti itu! Tak usah sok bikin

Kau Tidak Menulis, Kau Hanya Berak

Apa yang dihasilkan seorang penulis? Sebuah karya, entah puisi, cerpen, atau novel. Karya sastra adalah katarsis. Apa yang tidak bisa kita katakan di dunia nyata, bisa kita tulis di dalam karya sastra. Idrus pernah berkata kepada Pramoediya Ananta Toer, “Pram, kamu itu tidak sedang menulis, kamu itu berak.” Apa hubungan menulis dan berak? Kembali ke pertanyaan awal, apa yang dihasilkan seorang penulis? Novel atau kotoran manusia? Karya sastra adalah pelarian dari dunia nyata. Apa yang tidak kita miliki dan rasakan di dunia nyata bisa kita tuliskan dalam karya sastra. Pramoedya pernah berkata, “Kau tahu mengapa aku mencintaimu? Sebab kau menulis.” Apa yang dihasilkan seorang penulis kalau Idrus pun berkata kalau Pramoedya tidak menulis, tapi hanya berak? Menulis adalah proses curhat yang keren. Kita bisa menuliskan apa yang kita rasakan dengan kata yang berseni dan dapat dinikmati. Indah bukan? Lalu Idrus mengatakan kalau itu hanya berak? Mengeluarkan kotoran bekas pencernaan? Buka

Ketika Anak SD Pacaran

Beberapa waktu lalu gue membaca sebuah berita di Line Today. Sebuah berita miris, tapi lucu. Anak SD Tawuran karena Cinta Segitiga . Ada dua hal yang membuat miris, pertama, anak SD sudah tawuran. Mereka belum belajar trigonometri sama geografi, tapi sudah begini? Oke, yang lebih bikin ketawa adalah penyebab tawurannya. Saat SMA, sekolah gue pernah tawuran. Penyebabnya adalah saling singgung saat lomba gerak jalan. Ini masih enak untuk diceritakan, tapi penyebab tawuran antar-SD ini adalah cinta segitiga. What the . . . . Gue SD masih berebutan layangan putus, lu udah ngerebutin cewek. Ini mantap bener. Sebuah perkembangan. Selain itu, gue pernah lihat sebuah video di Instagram. Anak kecil, bicara dengan gaya orang dewasa, seolah lagi main sinetron, ngomong, "Dia itu gak cinta sama kamu, yang cinta sama kamu itu cuma aku." Dek, itu ingus bersihin dulu, Dek. Kacaunya lagi, orang-orang yang nonton itu komentar dan menganggap itu sebagai lucu-lucuan. Ayolah, ini anak masa d

N*

Tersedak Malam ini dia meneleponmu lagi Bercerita sesuatu tadi pagi Dan kau mendapati dirimu jatuh hati Tak bisa mundur kembali Setiap senyumnya buat rasamu bertambah Tapi satu hal yang buat kau begah Dia tak mungkin kau pamerkan dengan gagah Dan kau terlanjur tak bisa untuk pindah Kau bukanlah yang dia pamerkan dalam nyaman Kau bukanlah yang dia kabar setiap siang Kau bukanlah yang dia genggam dia setiap jalan Kau hanya telinga yang mendengar setiap ceritanya Kau hanyalah bibir yang menanggapi keluhannya Kau hanyalah mata yang melihat kebahagiaan dia dan kekasihnya Kau bukanlah apa yang dia harapkan Dia hanya tak ingin kesepian Maka berhentilah jatuh lebih dalam Kalau tak mau rasamu berakhir kelam Dia adalah segala yang kau butuhkan Lebih dari yang dia rasakan Berhentilah berkhayal terlalu liar kawan Dia cuma tak suka kesepian Dan kau berharap berlebihan Maka pikirkanlah untuk berhenti Sebelum tak bisa kau bedakan jatuh cinta dan sakit hati *N= Nitrogen