Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Cinta adalah Kata Kerja

Nada-nada dalam sahutan musikalisasi entah kenapa belakangan ini membuatku tertarik. Aneh, padahal sudah berulang kali kudengar, tapi tetap saja mengagumkan. Berawal dari kata, bertumpuk menjadi rima. Ingin kupeluk lama dan kuikat dalam telinga. Lambatnya waktu berjalan, bisa kunikmati dalam kesendirian. Aneh, saat kau jabarkan apa yang tidak ingin aku dengarkan. Mari kita hentikan semua ini. Entah kenapa kalian akan menemukan namanya saat menatap semua awalnya. Ada easter egg di sana. Temukanlah. ___________________ Belakangan ini aku sering meminum kopi saat malam hari, padahal dulu aku bukanlah penikmat seduhan bubuk ini. Yaa... semua untuk membantu mataku tetap bertahan hingga tengah malam. Pahit demi pahit aku terbiasa meneguknya. Aneh, saat ini aku mulai terbiasa dengan rasa pahit. Seperti sakit hati, aku sudah terbiasa. Hingga akhirnya, kopi hari ini tak lagi pahit, masih lebih pahit senyummu yang kau tujukan untuknya. Mungkin, kopi memang ditujukan untuk orang-orang

Terimakasih sudah Merusak Moral Kami

Sudah dulu soal cinta, ada hal penting yang harus kita pikirkan. Kemuakkan gue yang lain. Belakangan ini, setidaknya selama sekitar satu tahun ke belakang, gue mulai jarang nonton tv. Lo tau lah alasannya. Gue kadang nyalain tv cuma buat ngambil backsound -nya aja dan gue main hape. Entah kenapa acara tv sekarang cuma berisi acara hiburan pencari rating yang isinya orang-orang gak jelas punya talenta apa. Memang ada beberapa tv yang masih memuat konten menarik yang masih memegang ideologi, katakanlah yang paling gue suka, Kompas Tv. Namun, cuma sedikit banget tv yang mau seperti itu. Dan itu pun bukanlah tv yang ada di jajaran atas. Lihatlah para tv yang ada di jajaran atas seperti si rajawali citra, si rajanya ftv, si transkembar, dan teman-temannya. Punya acara musik, tapi gak jelas konten musiknya. Punya acara hiburan, tapi isinya cuma ngata-ngatain, banci-bancian, bego-begoan, dan semacamnya. Punya sinetron, tapi ya... kalian tau sendiri lah bagaimana sinetron kita yang asik-asik

Bila... Saja

Berhenti dulu membahas realita, mari sejenak kita berkhayal. Ini semua tentang... bila... saja. Menjadi penyuka tulisan dan menulis adalah hal paling menarik yang tidak menyenangkan. Banyak lembaran yang sudah harusnya kita tutup terpaksa kita buka lagi. Saat aku telah menulis hal tentang kita, kau malah telah menerbitkan buku tentang dia. Selalu saja ada waktu di mana aku selalu berucap... Bila... saja. Bila saja aku yang lebih dulu kau kenal dibanding dia, mungkin jalan cerita dan tokoh utama dalam bukumu itu akan berubah. Bila saja aku adalah dia dan biarkan dia merasakan apa itu aku. Andai... aku saat ini ada dalam posisinya, sedang kau cintai, sedang kau peluk erat di bilik khusus jauh di dalam dadamu, sedang kau pertahankan walau keadaan mungkin tidak memungkinkan. Bila... saja. Sudah aku bilang kan? Ini semua tentang bila dan jika. Realita menusuk membuatku sadar. Apa salahnya hidup dalam 'bila saja' ? Toh aku yang patah hati, bukan kamu atau dia. Biarkan saja ak

The Truth Between Us

Walaupun gue menyelipkan kata " us" dalam judulnya, jujur, gue gak tau apakah pernah terlintas kata us dipikiranmu. Kau terlalu sibuk mempertemankanku saat aku terlalu sibuk mengharapkanmu. Ini bukan tentang ekonomi, bukan tentang sosial politik, dan yang jelas ini bukan soal pertanian. Ini tentang kamu yang bukan berasal dari semua itu. Ini tentang kamu yang selalu aku coba ikhlaskan, tentang kamu yang kuharap tidak sesetia yang kulihat, tentang kamu yang aku coba ubah menjadi tentang kita. Bercerita soal yang lain, padahal hanya kemunafikan yang aku paksakan. Aku belum bisa untuk pindah saat ini. Aku masih terlalu berharap pada sesuatu yang tidak jelas, aku masih berharap tentang kamu. Aku akan coba tetap di dekatmu, memperhatikan kamu selalu baik-baik saja, membuatmu tetap bahagia, membuatmu melupakan dia sejenak... walau aku tau itu tidak akan bisa, membuatmu memasukkan aku dalam salah satu mimpi indahmu. Aku selalu menunggu dia membuat sebuah kesalahan yang tidak ak

Saatnya Melepas Panah dari Busurnya; Catatan dari Temen Gue

Catatan dari temen gue yang ketiga. Mungkin ini adalah sekuel dari Catatan dari Temen Gue yang pertama, Buat Kamu Si Anak Panah . Lagi-lagi berawal dari sebuah chat, temen gue bilang kalau saat ini dia lagi lost contact sama si Anak Panah. Semua terjadi setelah kami meet up sebelumnya. "Kenapa gak kamu ajak chat lagi?" Kata gue saat dia mulai bicara "Rasa dari perasaannya udah gak sama lagi" katanya, "Jawaban dia jadi ketus." Setelah itu temen gue menunjukkan foto si Anak Panah lagi bareng dengan seorang cowok. Gue gak mau berspekulasi soal siapa si cowok itu. Setidaknya jika cowok yang sedang bareng si Anak Panah itu adalah pacarnya si Anak Panah, kami senasib. Harus menghadapi cewek yang sejatinya... sudah punya pacar. Bedanya, temen gue itu masih beruntung. Dia dan si Anak Panah terpisahkan oleh jarak, sedangkan gue cuma terpisahkan oleh waktu dan esok saat terbangun sudah harus bertemu. Temen gue juga lebih beruntung, dia tidak mesti selalu ber

Jatuh Cinta itu Perlu Konsep; Catatan dari Temen Gue

Sebelumnya, gue mau ngomongin soal Catatan dari Temen Gue. Catatan dari Temen Gue adalah cerita dari temen gue yang dia minta buat gue tulis di blog gue. Cerita seperti apapun. Karena gue yakin setiap cerita punya makna yang bisa kita gali. Catatan dari Temen Gue yang pertama adalah Buat Kamu Si Anak Panah . Oke, let us begin. Pertama kali gue suka dengan membaca adalah saat gue baca koleksi-koleksi komik punya kakak gue, seperti Detective Conan, Naruto, Ranma ½, dan beberapa yang lain yang gue lupa. Selanjutnya kakak gue membeli novel Sherlock Holmes, gue jadi suka sama Sherlock Holmes. Karena itulah blog pertama gue, gue kasih nama febriholmes.mywapblog.com . Selanjutnya, gue jadi suka nulis. Tulisan pertama gue adalah sebuah cerita pendek tentang detektif. Lalu, kakak gue juga membeli buku Marmut Merah Jambu. Gue jadi tambah suka dengan menulis. Gue akhirnya mencoba menulis naskah buku yang sampai saat ini belum ada penerbit mau menerbitkannya. Berbeda dari gue, temen gue menjad