Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sepi Saut

Sepi bersaut Padahal sepi tapi menyaut Saut pada sepi Padahal bersaut tapi sepi Sepi saut Merambat tanah Mencengkeram kokoh Sepi telah bersaut Saut dicabut sepi Semakin dicabut semakin bersaut Semakin bersaut semakin dicabut Semakin sepi bersaut, tak acuh, tetap dicabut Saut menunjang Sepi memanjang Disiram kokoh Dicabut roboh Sepi telah roboh Namun, makin kokoh Padahal telah roboh Namun, makin kokoh Ah, betul Sepi bersaut Saut merambat Sepi mencengkeram

Ketuk

Tuk... Rindu mengetuk Dia minta masuk Saat ingat pernah dipeluk Tuk... Sebuah pesan masuk Dalam ingatan yang buruk Tentang bincang lama saat duduk Tuk... Rindu mengetuk akan pesan masuk yang mengandung ingatan buruk bahwa dulu pernah dipeluk sambil duduk Kemudian tak ada lagi tuk Dia sudah kukutuk Padahal terkadang rindu mengetuk

Belajar Menghargai Perbedaan dari Transformasi Novel ke Film

Untuk mendapatkan perhatian publik untuk menonton sebuah film, terkadang produser memilih untuk memfilmkan sebuah buku. Alasannya sederhana, sebab sebuah buku sudah punya penggemarnya sendiri. Misalkan novel Dia Adalah Dilanku 1990 yang diadaptasi menjadi film Dilan 1990, kemudian sekuelnya Dilan 1991. Di dalam pengalihwahanaan sebuah novel menjadi film, seorang sutradara dan penulis naskah seringkali memasukkan interpretasinya sendiri ke dalam film yang sedang dia garap. Apakah salah? Tentu tidak. Tidak semua hal yang terdapat di dalam novel bisa divisualisasikan ke dalam film, terkadang malah perlu diubah. Eneste, yang menggunakan istilah ekranisasi untuk menyebut alih wahana, menyatakan ada 3 hal yang terjadi dalam proses pengalihwahanaan novel menjadi film, yaitu penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi. Ada hal yang dihilangkan, ditambah, dan diubah. Oleh karena itu, wajar juga ada penonton yang juga pembaca sebuah novel yang difilmkan kecewa dengan film tersebut. Sebag

Dulu Pernah ada Kata Kita

Kau lihat meja kedua di dekat dinding yang bangkunya ada empat itu? Meja dengan nomor 13 Sial, tapi favorit kita. Ingat makanan kesukaan kita berdua? Sama, tapi ditulis berbeda di kertas yang dibawa pelayan berbaju putih dengan senyum tulus, Seolah tahu kita sedang bahagia "Bakso, satu pakai mi kuning, dan satunya polos," katamu ingat sekali kesukaanku. Minumnya? Tentu kita tidak ingat, sebab kita tak pernah memesan minum yang sama. Kau pesan minuman yang berbeda denganku, selalu. Sebab dengan begitu kita bisa saling cicip pesanan kita. Kau akan selalu bangga, jika minumanmu lebih enak. Lalu, aku cuma bisa bertukar minuman, jika minumanku yang lebih enak. Ingat kursi F? Film apa pun, kita duduk di sana Terkadang kau ajak menonton film yang kau suka Dan aku ajak kau menonton film yang aku suka Kita sama-sama menikmati walau aku kadang tak mengerti dengan film yang kau pilih. Tapi, aku menikmati tatapmu dan senyummu saat layar menampilkan adegan yang mulai kli

Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana Sebenarnya Tidak Sederhana

Katamu kau mencintainya dengan sederhana? Padahal kau tidak tahu apa kata kayu kepada api yang menjadikannya abu. Bagaimana bisa mengatakan suatu hal yang sederhana kepada orang yang kita sayang, tapi sayang mengabukan kita? Katamu kau mencintainya dengan sederhana? Padahal kau tidak tahu apa isyarat awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Bagaimana bisa dibilang sederhana kalau kau masih berniat berisyarat ria pada dia yang meniadakan kita? Kau tidak tahu kalau sederhanamu adalah luka bakar pada kayu yang sekarang tinggal abu. Kau tidak tahu kalau sederhanamu adalah soal perubahan berat masa uap air di angkasa yang kau pelajari sambil otakmu entah ke mana mengalir. Kau tidak mencintainya dengan sederhana, kau hanya rela mencintainya dengan luka.

2019 Ganti Ini-Itu

Petahana akan selalu memamerkan keberhasilan, oposisi akan selalu mencari kegagalan. Konsep politik memang sejahat itu. Kita tidak diperbolehkan berbaik hati dengan lawan kita. Sebagaimana mekanisme debat, pro akan selamanya kontra dengan kontra, kontra akan selamanya pro dengan ketidaksetujuan. Bagaimana kalau keduanya bergabung? Politik dan debat, maka konsepnya akan lebih kejam lagi. Di sebuah sesi wawancara di televisi bahkan, saat ditanyai jika diibaratkan pahlawan super, siapakah tokoh yang mewakili sosok calon yang mereka usung, para tim sukses berebutan Thanos untuk dijadikan sosok lawan mereka. Padahal Thanos memiliki niat baik, walau melalui cara yang buruk. Mereka hanya berpandangan melalui sudut pandang penokohan cerita picisan; ada protagonis yang baiknya sangat baik, dan antagonis yang selalu berusaha menjatuhkan protagonis. Jadi, jika selama ini Avengers adalah protagonis, peran Thanos pasti antagonis. Hanya berpatokan pada itu. Nyatanya, mereka tidak mengerti arti pah