Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Kacamata, Daun Telinga, dan Batang Hidung

Di sebuah rumah tinggalah setetes kacamata Dia sendiri Kadang bertiga Dengan daun telinga dan batang hidung Aku dengar cerita darinya Keluar dari lensa kacamata yang kiri Dia berharap pada daun telinga kanan Dia selalu ingin pergi ke sana Aku juga dengar cerita dari lensa kacamata kanan Dia mencintai daun telinga kanan Dia tidak mau berpisah dari daun telinga kanan Aku dengar cerita dari daun telinga kanan Dia juga mencintai lensa kacamata kanan Dia tidak ingin berpisah Sejenak berpisah lalu bertemu lagi Aku dengar cerita dari batang hidung Dia bilang kalau daun telinga kiri menyukai lensa kacamata kiri Tapi, itu dulu Sekarang aku tak tahu Aku datang mengambil setetes kacamata itu Menjatuhkannya dengan lembut Menginjaknya keras dengan pantofelku Supaya mereka mati dan berhenti bercerita tentang cinta lagi

Aku Mau

Aku mau buat puisi Tapi bingung tentang apa Tentang cinta Atau menentang pemerintah Aku mau jatuh cinta Tapi bingung pada siapa Pada dia yang cinta temannya Atau padahal percuma saja jatuh cinta Aku mau jadi penulis Tapi bingung mau menulis apa Menulis kisah nyata Atau menu list dalam restoran yang kau suka Aku mau jadi kaya Tapi bingung mau kerja apa Kerja di depan komputer Atau meng- kerja-kerja kau sampai dapat Aku mau ini Itu juga mau Tapi bingung apa maumu Apa aku egois?

Apa yang Membuatku Menulismu Lagi

Apa yang membuatku menulismu lagi? Bukan siapa, tapi apa. Bukan seorang wanita, tapi sebuah rasa suka. Jadi, kuulangi, apa yang membuatku menulismu lagi? Atau lebih tepatnya, apa yang membuatku menulisimu lagi? Dia bertanya tentang bagaimana aku menulis kalau suasana hatiku buruk. Dia siapa? Tidak penting, cukup aku yang anggap dia penting. Tidak usah sampai di Instagram namanya kau keruk. Aku menjawab, "Aku akan keluar jalan-jalan sambil mendongak melihat awan." Dia mengangguk-angguk. Aku kehilangan frasa, kualihkan dengan melihatnya, serasa kikuk. Jadi, kenapa jalan-jalan? Sebab, aku bisa melihat banyak orang. Ada yang makan ramai-ramai dengan temannya. Ada yang singgah sebentar untuk membeli makanan, lalu dibawa pulang. Ada yang makan sambil berduaan. Ada yang menunggu di depan kos pacarnya dengan tangan membawa makanan. Aku ingin mengajaknya melihat semua itu. Namun, itu nanti. Entah nanti, entah tidak sama sekali. Jadi, apa yang membuatku menulismu la