Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Jeda dan Pindah

Ada beberapa hal yang sepertinya sulit dilupakan. Hahaha, kalimat pertamanya saja sudah mengingatkanmu akan seseorang kan? Bagaimana jika aku menguatkannya lagi. Kapan terakhir bertemu? Kemarin? Minggu lalu? Bulan lalu? Atau sudahlah, biarkan dia berlalu? Ada apa dengan dia? Kenapa hanya dengan kata sulit dilupakan dia malah masuk dalam ingatan? Harapan yang kau tabur ternyata terhenti di tengah jalan, lalu entah kenapa taburan itu malah muncul jadi tanaman. Semakin besar, tinggi, namun sayang tak bisa kau rawat lagi. Tanpa sengaja kau lihat fotonya di lini masamu. Entah kenapa temanmu mengunggah foto yang ada dia dan kenangannya. Tiba-tiba kau masuk dalam pintu yang berisi ratusan pigura yang berisi gambar kau dan dia dahulu. Dengan judul di bawahnya, entah kata yang kalian ucapkan atau kata yang tertahan di antara ketidakberanian. Kau berusaha keluar dari ruang itu. Membuka satu per satu pintu yang nyatanya malah berisi jalur masuk kenangan yang lain. Penyesalan, kebahagiaan, pen

Senja di Universitas Sriwijaya

Walau punya warna yang sama dengan UI, kami tentu tak seelegan mereka. Meski lebih luas dari UGM, kami tentu tak semenarik kota pelajar. Tapi, kami punya langkah yang yang sama semenjak A terpampang di lembar akreditasi kami. Persetan dengan itu, Unsri punya banyak hal lain yang patut dituliskan. Terluas di Asia Tenggara, terbesar di Sumatera Selatan. Kami punya cerita menarik di sore hari. Datang-datanglah ke Unsri sekitar jam setengah lima sore sampai menjelang maghrib. Di saat beberapa mahasiswa baru menyelesaikan kegiatan, di depan Auditorium dan Rektorat. Saat matahari sedang sendu-sendunya, saat orang-orang berlari ringan mengitari jalan, saat bola-bola futsal ditendang sampai penat. Di sanalah keteduhan mungkin terasakan. Dengan manisnya wanita-wanita berpipi chubby dan balutan kacamata, dengan teduhnya wanita-wanita berjilbab panjang, atau dengan perpaduan antara keduanya. Jangan berjalan sendiri, karena pada akhirnya kalian cuma bakal iri dengan mereka yang berlari sambi

Soal Kamu, untuk Kesekian Kali.

Kerap ada luka yang tersenyum dipaksa lupa. Ada harap yang dikubur dalam sekali garap. Ada hujan yang dipaksa teduh oleh pujian. Terlalu tak adil, jika memaksa hadir. Terlalu rancu, jika terus dipacu. Terlalu jemawa ketika kita tertawa. Kamu adalah hujan yang datang bersama harap yang terkubur dalam luka yang dipaksa lupa. Kamu adalah ciptaan nyaris sempurna yang ketidakadilan Tuhan buat untuk membuat hati tertawa teriris luka. Kadang, kamu adalah pecut yang membuat nyaliku kecut. Kadang, kamu adalah lupa yang selalu aku bawa-bawa. Kadang, kamu adalah aku yang tak pernah bisa dalam hatimu membuat kandang. Terbawa emosi yang longsor bersama erosi dalam keinginan untuk bisa memiliki. Tidak mungkin. Mungkin... TIDAK! Tolong, buat hatiku tak lagi melolong.

Soal Senja yang, Sudah, Aku Bosan

Percayakah dirimu akan keindahan dari sebuah pelangi? Berharap di ujungnya ada harapan yang bisa kau andalkan? Padahal cuma tetes-tetes air, sisa-sisa hujan. Percayakah dirimu dengan warna-warni yang bisa menenangkan itu? Berharap kau bisa tidur santai didekapnya? Padalah cuma cahaya maya, yang kau dekati lalu menghilang. Percayakah dirimu ada ruang yang bakal indah di ujung perjuanganmu? Berharap hanya dengan setia kau akan bahagia? Padahal hanya raung-raung penderitaan yang terlalu tinggi bergantung di harapan. Percayakah keindahan senja itu menenangkan diri? Berharap ada yang baik datang setelah hari berganti. Padahal senja saja tak mampu menemani sampai lelapmu. Sebab sejatinya senja tak mampu menghapus air matamu, kau hanya membiarkannya mengalir sampai senja meninggalkanmu sendiri. Senja memberimu kehangatan hanya untuk membuatmu penuh harapan. Lalu dijatuhkan, saat dingin bersama gelap malam dia datangkan. Sebab sejatinya senja tak pernah mampu membuatmu bahagia, saat