Untuk mendapatkan perhatian publik untuk menonton sebuah film, terkadang produser memilih untuk memfilmkan sebuah buku. Alasannya sederhana, sebab sebuah buku sudah punya penggemarnya sendiri. Misalkan novel Dia Adalah Dilanku 1990 yang diadaptasi menjadi film Dilan 1990, kemudian sekuelnya Dilan 1991. Di dalam pengalihwahanaan sebuah novel menjadi film, seorang sutradara dan penulis naskah seringkali memasukkan interpretasinya sendiri ke dalam film yang sedang dia garap. Apakah salah? Tentu tidak. Tidak semua hal yang terdapat di dalam novel bisa divisualisasikan ke dalam film, terkadang malah perlu diubah. Eneste, yang menggunakan istilah ekranisasi untuk menyebut alih wahana, menyatakan ada 3 hal yang terjadi dalam proses pengalihwahanaan novel menjadi film, yaitu penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi. Ada hal yang dihilangkan, ditambah, dan diubah. Oleh karena itu, wajar juga ada penonton yang juga pembaca sebuah novel yang difilmkan kecewa dengan film tersebut. Sebag...
Hai Sobat Patah Hati! Ini adalah sebutan norak untuk pembaca blog gue, yang mana pembaca blog gue adalah gue sendiri. Ya... gue emang sesendiri itu. Oke, kita bahas topik yang ingin saya bahas. Jika Finding Nemo ada sekuel ketiga, apa judulnya? Nah, kenapa gue mau bahas itu? Karena membahas kamu sudah terlalu menyakitkan buatku, eaa. Baru beberapa hari yang lalu muncul sekuel kedua dari film Pixar, Finding Nemo. Judulnya gak jauh dari sekuel pertamanya, yaitu Finding Dory. Membahas soal apakah Finding Dory? Cari aja di google, gue gak mau ngomongin itu. Kita langsung mulai, Jika Finding Nemo ada sekuel ketiga, apa judulnya? 1. Finding Marlin Ini adalah judul paling mungkin yang akan terjadi, setelah sebelumnya Finding Nemo lalu Finding Dory, kenapa selanjutnya tidak Finding Marlin? Mungkin di sekuel ketiga terjadi plot twist yang mengejutkan, ternyata ibu Nemo tidak dimakan hiu. Sang Ibu masih hidup. Dan Marlin yang menyadari itu langsung berusahan mencar...
Kamu tahu yang kau cintai tak cintai kau Kamu tahu yang kau anggap peduli peduli ke semuanya. Menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis. Tanpa ada kata sudah. Padahal kau bilang dalam dirimu mau berhenti. Munafik! Apa lagi yang kau mau? Kau tunggu apa lagi? Dia begitu ke semuanya Dan ke semuanya dia tidak punya rasa Jadi, ke mana kau mau pergi? Tali yang menjerat leher, racun tikus, atau gedung tinggi? Menulis adalah proses belajar. Belajar bukan mengulang kebodohan. Apa guna kau menulis sekarang? Jadi, mau ke mana kau mati? Sakit hati atau pindah ke lain hati? HAHAHAHAHAHAHA mana mungkin kau bisa. Kamu hidup abadi selamanya dalam tulisanku sampai nanti ada yang membaca dan merasa buat apa dia abadi, buat apa kau menulis.
Komentar
Posting Komentar