Move On

Terdengar seperti mudah dilakukan. Bagaimana denganmu? Apa kabar perasaanmu dengannya? Tahukah sejak awal aku sudah menantikan ketidak-ada-sisaan lagi soal rasamu itu?

Move on. Pindah. Dari satu tempat ke tempat lain. Temanmu itu bilang aku mesti move on darimu yang tidak bisa move on dari mantanmu. Bagaimana mungkin aku move on kalau tinggal saja aku belum? Bagaimana mungkin aku pindah kalau membahagiakanmu saja belum pernah?

Untukmu, mengapa tak mencoba sesuatu yang baru? Untukmu, mengapa tak coba kisah lain kau tulis, kemudian kau lukis?

Seberat itukah menyadari aku berharap lebih? Sesulit itukah untukmu berhenti kembali?

Aku bahkan tak kehilangan sajak, di kala jejak tak pernah membuatnya darimu kehilangan jarak.

Aku bahkan tak berhenti berharap, walau kerap meninggalkannya bagimu berat.

Aku bahkan tak pernah lelah jatuh, walau perasaanmu padanya selalu utuh.

Bisakah aku minta kau untuk pindah? Bisakah? Bisakah kau lihat aku dari kacamatamu yang berbeda?

Aku sudah terlalu ingin menulismu dalam akhir yang bahagia, bukan terus jadi seorang pemuja rahasia.

Gagal mengungkapkan, karena dirimu yang tak bisa melupakan.

Kumohon untukmu segera move on.

Aku sudah terlanjur terlalu tak bisa jauh darimu.

Aku mohon... move on.

Pandang aku sekali lagi, lihat mataku, dan rasakan perasaan yang aku coba untuk tak pernah teralihkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Menghargai Perbedaan dari Transformasi Novel ke Film

Jika Finding Nemo ada Sekuel Ketiga, Apa Judulnya?

Kimi No Iru Machi, A Town Where You Live