Titik Dua Tutup Kurung

Belakangan ini aku baru menyadari, cuaca sedang mengalami pubertas. Pubertas yang dia alami tiap tahun. Terkadang panas, tapi tiba-tiba hujan. Entah apa maunya. Seperti kebanyakan manusia dalam masa pubertas... labil.

Masa itu harusnya sudah lewat, masa itu harusnya terjadi saat aku akhirnya mendapatkan orang yang pernah mau mencoba menerimaku, dulu.

Ini bukan soal pubertas, labil? Mungkin.

Seperti selama ini, saat aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti semua deret dalam sajak Tuan Sapardi. Entah sekokoh kayu yang tak berkutik di depan api, entah semelankolis awan yang rela hilang demi hujan. Namun, seperti itulah aku. Mencoba kokoh, tapi tak tau kalau memang sudah roboh.

Harapan itu seperti api pada hujan, seperti panas pada besi, seperti syair yang kehilangan aksara.

Mengajakmu adalah kesalahan besar bagiku. Cermin tak terlalu mampu sadarkan diriku. Saat aku berharap ada satu saja pesan basa-basi darimu, aku harusnya tau siapa memangnya aku? Bukan siapa-siapa, bukan apa-apa.

Terlahir dari kebutaanku dengan paras dan sikapmu, aku tau yang lain tak seistimewa dirimu. Bodohnya aku yang mencoba pindah masih saja membandingkannya dengan dirirmu. Sudah mulai berjalan pindah, aku malah kembali meminum pahitnya ramuanmu.

Harusnya tau, aku cuma satu dari sekian banyak kenalanmu. Bukan dia yang pulsanya selalu habis menanyakan kabarmu. Tak ada istimewanya aku, tak mungkin istimewa aku.

Coba pindah saja susah, apa lagi yang aku coba usahakan? Menunggu kau dan dia berpisah? Dalam kebanyakan mimpiku saja tidak pernah terkabulkan. Lalu, kenyataan macam apa lagi yang aku butuhkan? Akh....

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Tak seperti sajak yang perlu diberi makna, tak seperti lagu yang perlu diberi nada.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Cukup dengan sedikit simpul di ujung senyum, cukup dengan titik dua tutup kurung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Menghargai Perbedaan dari Transformasi Novel ke Film

Jika Finding Nemo ada Sekuel Ketiga, Apa Judulnya?

Padahal Aku Mau Berhenti